Senin, 22 November 2010

stakeholders dan peranannya dalam malaria dan PD3I


Pendapat tentang stakeholder dikemukakan oleh Blair et.al (1991) yaitu :
“As group or individuals who have an interest in the actions of an organization and ability to influence it “. Pengertian yang dikemukakan oleh Blair et.al (1991) dapat diartikan bahwa stakeholder sebagai sebuah kelompok atau individu yang memiliki kepentingan dan dapat pula mempengaruhi jalannya operasional organisasi.

Sedangkan Biset (1998) secara singkat mendefenisikan stakeholder merupakan orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan.

A.     Peranan Stakeholders dalam penyakit malaria
1.     Rumah sakit
a)     Berperan dalam memberikan pelayanan pengobatan pada penderita penyakit malaria terutama yang memerlukan perawatan inap.
b)    Memperkuat sistem informasi kesehatan sehingga semua penderita dan kematian malaria serta hasil kegiatan dapat dicatat dan dilaporkan.
c)     Mendukung kegiatan program pencegahan malaria yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten maupun pemda.
2.     Puskesmas
Dalam upaya penanganan penyakit malaria, puskesmas dapat berperan dalam melakukan pengobatan dan sosialisasi yaitu memberikan penyuluhan langsung kepada masyarakat mengenai penyakit malaria, dalam hal ini Puskesmas bekerja sama dengan kader kesehatan di masyarakat.
3.     Kader Kesehatan
a)     Membantu puskesmas dalam melaksanakan upaya penanganan penyakit malaria di masyarakat tempat tinggal mereka.
b)    Membantu aparat desa/petugas kesehatan dalam menggerakan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam program malaria yang diselenggarakan/dilaksanakan di tempat tinggal mereka.
4.     Kecamatan/Aparat Desa
a)     Membantu/mendukung kegiatan program malaria yang di selenggarakan oleh Puskesmas yang terdapat di kecamatan tersebut.
b)    Menggerakan masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan program malaria.
5.     Pemerintah
a)     Pemerintah daerah berperan dalam membuat kebijakan pada program pemberantasan penyakit malaria.
b)    Memberikan pendanaan dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit malaria.
6.     Dinas Kesehatan
Peranannya :
a)     Membuat kebijakan dalam pengendalian vektor penyakit malaria dan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan.Kebijakan tersebut antara lain :
1)    Pelatihan petugas
2)    Penemuan aktif penderita
3)    Penatalaksanaan kasus dan pengobatan
4)    Pengendalian vector, antara lain :
b)    Berperan dalam mengkoordinasikan masalah penyakit malaria di tingkat pemda dan di unit-unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Propinsi.
c)     Berperan dalam pemantauan dan pengawasan kasus malaria di tingkat kabupaten/Propinsi.
d)    Berperan dalam mengadakan tindaklanjut/action dalam mengatasi penyakit malaria.
7.     Dinas pendidikan
Dinas pendidikan mempunyai peranan dalam menangani masalah malaria yaitu dengan menambah kurikulum pendidikan penyakit-penyakit yang  berbasis lingkungan, salah satunya adalah malaria. Diharapkan dengan adanya kurikulum ini pada usia dini para siswa telah mengerti mengenai penyakit malaria.
8.     Dinas Pertanian dan Perkebunan
Peranan Dinas Perkebunan dalam pemberantasan penyakit malaria, antara lain:
a)     Membersihkan tempat yang berpotensi sebagai sarang nyamuk vektor malaria,
b)    Melakukan pemantauan tanaman yang tumbuh di daerah perkebunan agar tidak terdapat tanaman liar yang dapat menjadi sarang nyamuk Anopheles,
c)     Penataan tanaman perkebunan (mengatur jarak tanam) dan membatasi jenis tanaman yang ada diperkebunan sehingga dapat mengurangi habitat nyamuk Anopheles.

B.     Peranan Stakeholders dalam PD3I
PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi)
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi antara lain : TBC anak, Hepatitis B, Difteri, tetanus, pertusis, polio,dan campak.
1.        Rumah Sakit
Melakukan pengobatan untuk penderita PD3I, melakukan pelaporan,  dan pendataan pada Dinas Kesehatan setempat dalam bentuk laporan yang berisi narasi singkat, tabel atau grafik yang menarik serta dilakukan secara berkala.
2.        Puskesmas
a)     Sebagai penyedia fasilitas pelaksanaan imunisasi dan pelaksana (tenaga kesehatan puskesmas)
b)    Puskesmas melakukan penyuluhan mengenai PD3I kepada masyarakat
c)     Puskesmas memberikan pendidikan dan pelatihan kepada kader kesehatan mengenai PD3I dan pelaksanaan posyandu
3.        Posyandu
a)     Membuat program pemberian imunisasi dasar secara berkala kepada bayi dan balita.
b)    Membuat program penyuluhan pemberian imunisasi kepada ibu-ibu dan remaja ataupun masyarakat.
4.        Kader Kesehatan
a)       Membantu petugas kesehatan dalam melaksanakan kegiatan imunisasi terutama pada saat posyandu.
b)       Membantu aparat desa/petugas kesehatan dalam menggerakan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam program penyakit PD31 yang diselenggarakan/dilaksanakan di tempat tinggal mereka.
5.        Kecamatan/ Perangkat desa
a)     Membantu/mendukung kegiatan program PD3I yang di selenggarakan oleh Puskesmas yang terdapat di kecamatan tersebut.
b)    Perangkat desa membentuk kader kesehatan sebagai penggerak posyandu dan pelaksana imunisasi di tingkat desa
c)     Menyediakan fasilitas (tempat pelaksana posyandu, polides)
6.        Pemerintah
a)     Pemerintah membuat kebijakan mengenai program imunisasi sehingga masyarakat mau melakukan imunisasi
b)    Membuat iklan layanan masyarakat mengenai imunisasi PD3I dan menginformasikan kepada masyarakat.
c)     Pemerintah merupakan instansi yang bergerak untuk mendanai program PD3I ((Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)
7.        Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan berperan dalam pelaksanaan program imunisasi pada usia anak sekolah. Program imunisasi PD3I yang ditujukan untuk para siswa utamanya sekolah dasar, merupakan bentuk kerja sama program pencegahan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi antara Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan.
8.        Dinas Kesehatan
a)     Dinas kesehatan sebagai penyedia dan pendistribusi vaksin ke seluruh daerah,
b)    Melakukan kegiatan promosi kesehatan yang meliputi penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sehingga menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melakukan imunisasi,
9.        Sekolah Dasar
a)     Berperan dalam membantu dan mendukung terlaksananya kegiatan imunisasi di sekolah bagi murid sekolah Dasar, misalnya pada saat kegiatan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah).
b)    Membantu dalam mensosialisasikan tentang pentingnya imunisasi bagi murid sekolah kepada orang tua murid.

Jumat, 05 November 2010

RANCANGAN PENELITIAN EPIDEMIOLOGI (OBSERVASIONAL ANALITIK)


Studi Case control (kasus kontrol)

  Mempelajari seberapa jauh Frisiko mempengaruhi terjadinya efek
  Hub sebab akibat :
                cross sectional < case control < cohort
  F risk dipelajari melalui pendekatan retrospektif efek diidentifikasi saat ini, f risk diidentifikasi masa lalu

 gambar 1. skema rancangan penelitian case control (kasus kontrol)


Tahapan case control (kasus kontrol):
  1. Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
  2. Menetapkan variabel penelitian
  3. Menetapkan subjek penelitian
  4. Melakukan pengukuran variabel
  5. Analisis hasil
Menentukan kasus:
  Insidens ( baru) atau prevalens ( baru + lama)
  Tempat pengumpulan kasus
  Waktu diagnosis
Menentukan kelompok kontrol:
  Populasi yang sama dgn kasus
  “matching”
  Kontrol lebih dari 1 kelompok 

Kelebihan:
  1. Cocok untuk mempelajari penyakit yang jarang ditemukan
  2. Hasil cepat, ekonomis
  3. Subjek penelitian bisa lebih sedikit
  4. Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin berhubungan dengan penyakit
  5. Kesimpulan korelasi > baik, karena ada pembatasan dan pengendalian f risk
  6. Tidak mengalami kendala etik

Kelemahan:
  1. Bias
  2. Tidak diketahui pengaruh variabel luar yang tak terkendali dengan teknik matching
  3. Pemilihan kontrol dengan mathcing akan sulit bila faktor risiko yang di “matching”kan banyak
  4. Kelompok kasus dan kontrol tidak random -> apakah faktor luar seimbang?

Hal-hal yang harus diperhatikan:
  • Pengambilan sampel dimulai dengan identifikasi
  • Untuk memperoleh n kasus, perlu memeriksa n’ orang, yang jumlahnya tergantung prevalensi kasus di populasi
  • Definisi kasus sangat penting
  • Secara ideal kontrol harus berasal dari populasi yang sama
  • Tidak dapat digunakan untuk menghitung prevalensi

Ukuran analisis:
              outcome

Faktor resiko
Ya
Tidak
Jumlah
Ya
A
B
A+B
Tidak
C
D
C+D
jumlah
A+C
B+D
A+B+C+D

Interpretasi hasil:
   OR ( Odds Ratio )
insiden pada kelompok dengan faktor risiko dibanding insiden pada kelompok tanpa faktor risiko
A/A+B : C/C+D
OR = 1 faktor resiko bersifat netral
OR>1; Confident Interval (CI)>1 = faktor resiko menyebabkan sakit
            OR<1 ; Confident Interval (CI)<1= faktor resiko mencegah sakit


CONTOH SOAL
Dari hasil penelitian yang dilakukan Andolusi (1997), wanita umur kawin < 15 tahun mempunyai risiko tinggi terjadinya kanker leher rahim dibandingkan dengan wanita umur kawin > 15 tahun. Seperti yang terlihat dibawah ini :
Pemeriksaan Histologik
Faktor Resiko Umur
Total
< 15 tahun
> 15 tahun
Kanker ( + )
Kanker ( - )
Total
36
78
114
11
95
106
47
173
220
Perhitungan :
 
              outcome

Faktor resiko
Ya
Tidak
Jumlah
Ya
36
78
114
Tidak
11
95
106
jumlah
47
173
220

OR = A/A+B : C/C+D
      = 36/114 : 11/106 = 3,04
 OR>1; Confident Interval (CI)>1 = faktor resiko menyebabkan sakit



Studi Cross sectional
  •  = penelitian transversal = penelitian potong lintang
  • Variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama
 gambar 2. skema rancangan penelitian cross sectional

Langkah:
  Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
  Mengidentifikasi variabel penelitian
  Menetapkan subjek penelitian
  Melakukan observasi/ pengukuran
  Melakukan analisis

Kelebihan:
  Mudah, ekonomis, hasil cepat didapat
  Dapat meneliti banyak variabel sekaligus
  Kemungkinan subjek “drop out” kecil
  Tidak banyak hambatan etik
  Dapat sebagai dasar penelitian selanjutnya

Kelemahan:
  Sulit menetapkan mekanisme sebab akibat
  Subjek penelitian cukup besar terutama bila variabel banyak dan faktor risk relatif jarang ditemukan
  Kurang tepat untuk mempelajari penyakit dengan kurun waktu sakit pendek
  Kesimpulan korelasi paling lemah dibanding case control atau cohort
  Tidak dapat menggambarkan perjalanan penyakit -> faktor risiko, diagnosis, prognosis

Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Keluaran dan pajanan diukur pada waktu yang sama, sehingga kurang dapat melihat sebab-akibat
- Banyak digunakan pada survei
  *Modifikasi sampel: stratifikasi, klaster, gabungan
- Dapat digunakan untuk menghitung prevalensi
  
Ukuran analisis:

                                      EFEK

FAKTOR RISIKO
Ya
Tidak
Jumlah
Ya
A
B
A+B
Tidak
C
D
C+D
jumlah
A+C
B+D
A+B+C+D

Interpretasi hasil:
·           Rasio Prevalens
Prevalensi pada kelompok dengan faktor risiko dibanding prevalensi pada kelompok tanpa faktor risiko
·           Rasio Prevalens :
RP = A/A+B : C/(C+D)
·           Menghitung rasio prevalens
RP = 1 -> tidak berefek ( netral)
RP > 1 -> variabel merupakan faktor risiko
RP < 1 -> variabel merupakan faktor protektif

CONTOH SOAL
Dari hasil pemeriksaan pada 100 orang yang datang berobat ke bagian penyakit dalam di sebuah rumah sakit A, didapatkan hasil pemeriksaan gula darah dan berat badan sebagai berikut :
Obesitas
Penyakit DM
Total
Positif
Negatif
Positif
20
30
50
Negatif
5
45
50
Total
25
75
100
 
Jawab :


 
                                      EFEK

FAKTOR RISIKO
Ya
Tidak
Jumlah
Ya
20
30
50
Tidak
5
45
50
jumlah
25
75
100

RP = 20/50 : 5/50
       = 4

RP > 1 -> variabel merupakan faktor risiko



Studi cohort

Adalah rancangan penelitian epidemiologi analitik observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar berdasarkan status penyakit.
  gambar 3. skema rancangan penelitian cohort

terpapar (E) --> sakit (D)
                          --> tidak sakit (D)

tidak terpapar (E) --> sakit (D)
                                     --> tidak sakit (D)

Ciri-ciri:
Pemilihan subyek berdasarkan status paparannya, kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subyek mengalami outcome yang diamati atau tidak. Bisa bersifat retrospektif atau prospektif.
Karakteristik:
  1. Bersifat observasional
  2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
  3. Disebut sebagai studi insidens
  4. Terdapat kelompok kontrol
  5. Terdapat hipotesis spesifik
  6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
  7. Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder

Keuntungan:
  1. Kesesuaian dengan logika normal dalam membuat inferensi kausal
  2. Dapat menghitung laju insidensi
  3. Untuk meneliti paparan langka
  4. Dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan

Kelemahan:
  1. Lebih mahal dan butuh waktu lama
  2. Pada kohort retrospektif, butuh data sekunder yang lengkap dan handal
  3. Tidak efisien dan tidak praktis untuk kasus penyakit langka
  4. Risiko untuk hilangnya subyek selama penelitian, karena migrasi, partisipasi rendah atau meninggal

Perhitungan Relative Risk (RR)
                                                               
               
outcome+
outcome-
jumlah
Exposure +
a
b
a+b
Exposure –
c
d
c+d
jumlah
a+c
b+d
a+b+c+d
                                                 


RISIKO RELATIF (RR)= a/(a+b) : c/(c+d)
1.      RR = 1, faktor resiko bersifat netral
2.      RR>1; Confident Interval (CI)> 1, faktor resiko menyebabkan sakit
3.      RR< 1; Confident interval (CI)< 1, faktor risiko mencegah sakit



Contoh soal:



Dalam penelitian tentang hubungan antara alkohol dengan terjadinya hemorage stroke diambil 2916 orang yang tidak minum alkohol dan 4960 orang peminum alkohol yang diikuti selama 12 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 197 orang peminum alkohol dan 93 orang bukan peminum alkohol mengalami stroke. Hitunglah besar resiko relatifnya!                       
                                            
outcome+
outcome-
jumlah
Exposure +
197
4763
4960
Exposure –
93
2823
2916
jumlah
290
7586
7876
RISIKO RELATIF (RR) = a/(a+b) : c/(c+d)
                                = 197/4960 : 93/2916
                                = 1,25
  RR>1; Confident Interval (CI)> 1, faktor resiko menyebabkan sakit